Karena kami berwisata bersama orangtua dan anak-anak yang bisa menjadi penyebab lambatnya perjalanan di daerah yang akan kami kunjungi hari itu, maka kami berangkat sepagi mungkin. Tujuan pertama adalah Banteay Srei, dilanjutkan dengan Kbal Spean, Beng Mealea, dan terakhir kami harus mengejar momen matahari terbenam di Kampong Phluk di Tonle Sap (Danau Besar).
Banteay Srei (Citadel of Women/Citadel of Beauty)
Tiket Banteay Srei termasuk dalam Angkor Pass.
Banteay Srei terletak 40 km di timur laut dari kota Siem Reap tempat kami menginap. Perjalanan ke sana membutuhkan waktu satu jam. Bangunannya kecil-kecil sehingga terasa istimewa dan sering disebut sebagai “permata dari seni Khmer”.
Kuil Banteay Srei diresmikan pada tanggal 22 April 967 dan merupakan satu-satunya kuil besar yang tidak dibangun oleh kerajaan tapi oleh courtiers (anggota istana) bernama Vishnukumara dan Yajnavaraha, penasehat raja Rajendravarman II. Yajnavaraha— cucu raja Harsavarman I adalah sarjana dan dermawan yang sering menolong orang sakit, warga yang diperlakukan tidak adil, dan miskin. Raja Jayavarman V (968-1001) adalah salah satu muridnya. Pada abad XI, kuil ini dikembangkan dan diperbaiki. Setelah lama terlantar, kuil ini ditemukan kembali pada tahun 1914, tetapi seperti kuil-kuil lain, patung dan benda berharganya banyak dicuri. Tahun 1923, Andre Malraux mencuri empat patung devata tapi tak lama kemudian dia tertangkap dan patung dikembalikan. Tahun 1930an Banteay Srei direstorasi. Akhir abad XX, pemerintah mengganti beberapa patung dengan replika.
Bangunan kuil dibuat dari batu pasir merah keras yang dapat diukir seperti kayu. Banteay Srei terkenal dengan lintel (sisi horizontal di bagian atas pintu) dan pediment-nya. Pediment adalah bagian berbentuk segitiga di atas pintu. Di kuil ini pedimentnya relatif besar dibandingkan dengan pintunya. Pertama kali dalam sejarah arsitektur Khmer, mitologi tergambar jelas di pediment.
Menurut sarjana Angkor, Maurice Glaize, seni di Banteay Srei lebih mirip seni pandai emas atau pengukir kayu daripada pemahat batu.
Di dalam Enclosure 1 ada tiga menara. Menara tengah (Central Sanctuary) lebih tinggi (9,8 m). Mandapa adalah ruang masuk sanctuary.
Kbal Spean
Dari Banteay Srei kami bermobil 15 menit ke arah timur laut menuju Kbal Spean.
Kbal Spean adalah area sepanjang 150 m dari sungai Kbal Spean di sisi bukit Kulen yang terkenal dengan ukiran pelambang kesuburan. Airnya dianggap suci karena Raja Jayavarman II mandi di sungai ini. Hanya 5 cm di bawah permukaan air ada lebih dari 1.000 lingga kecil dilekatkan ke dasar sungai, karena itu sering juga disebut “Sungai Seribu Lingga”. Lingga adalah patung simbol falus (penis) dari dewa Siwa dan merupakan lambang kesuburan.
Selain lingga, ada juga ukiran desain lingga-yoni (yoni adalah lambang kelamin perempuan) dan ukiran dewa Wisnu berbaring di atas ularnya Ananta dengan istrinya Lakshmi di dekat kakinya. Ukiran di sungai ini mulai dikerjakan sejak masa pemerintahan Raja Suryavarman I dan berakhir pada masa pemerintahan Raja Udayadityavarman II pada pertengahan abad XI. Area bersejarah ini ditemukan pada tahun 1969 oleh Jean Boulbet, seorang ahli ilmu kaji bangsa tetapi baru pada tahun 1989 resmi dinyatakan aman untuk dikunjungi.
Untuk mencapai Kbal Spean kita harus berjalan mendaki bukit kira-kira 30 menit (untuk kecepatan anak muda yang sehat). Jadi, jangan lupa siapkan stamina dan pakaian yang cocok untuk hiking.
Perjalanan kemudian kami lanjutkan ke Beang Mealea dan Kampong Phluk.
Leave a Reply