“Men Are From Mars, Women Are From Venus” adalah nama buku yang diterbitkan pertama kali tahun 1992. Sejak itu buku best seller ini telah mengalami beberapa kali cetak ulang dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Menurut buku yang ditulis John Gray ini, pria dan wanita berbeda dalam banyak hal mulai dari hubungan interpersonal, cara berkomunikasi, cara berpikir, hingga cara menyelesaikan masalah. Perbedaan itu diulas dalam 13 bab dengan beberapa contoh nyata yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Sangat menarik untuk dibaca dan dibahas bersama.
Sejak kecil, pria dan wanita sudah dikelompokkan dalam stereotip umum seperti: anak laki-laki tidak boleh menangis, cengeng, ataupun manja; sementara anak perempuan tidak disalahkan saat melakukannya.
Perbedaan dalam pergaulan sehari-hari sudah terlihat sejak masa kanak-kanak, seperti:
- Anak laki-laki biasanya bermain dalam kelompok yang besar dan memilih jenis permainan kompetitif seperti main sepeda, kelereng, yang mementingkan unsur menang atau kalah. Anak perempuan bermain dalam kelompok yang lebih kecil dan memilih permainan yang mementingkan koneksi antar teman seperti menanti giliran waktu bemain lompat tali, main boneka, atau main masak-masakan.
- Anak laki-laki lebih suka menghabiskan waktu dengan mengerjakan sesuatu seperti menyusun puzzle, bermain lego, menggambar. Sementara anak perempuan menghabiskan waktu menonton televisi atau mengobrol panjang lebar tentang banyak hal dengan temannya.
- Anak laki-laki cenderung berkomunikasi dengan temannya jika ada keperluan saja. Saya pernah bertanya pada putera saya setelah melihat dia ngobrol dengan seorang teman yang baru dia kenal. “Sudah kelas berapa dan sekolah di mana temanmu itu?” Jawabnya: “Ga tau ya Ma. Aku ga tanya. Tadi aku cuma tanya bagaimana dia bisa dapat skor tinggi main game itu.” Jadi tidak penting baginya untuk tahu detil tentang teman itu. Dia mengajak teman itu berbicara hanya untuk dapat trik bagaimana memainkan game itu.
Baru-baru ini saya diprotes oleh putera sulung yang sudah remaja ketika saya bertanya terlalu banyak pada temannya. “Mama bawel amat sih. Koq tanyanya dari A – Z, seperti polisi aja. Semua ditanyain, dikomentarin.” Kebiasaan saya jika bertanya memang cenderung mendetil, jadi terkesan interogatif, padahal temannya itu (wanita) menjawab dengan santai dan tampak menikmati pembicaraan kami.
Pria cenderung berkomunikasi dengan teman jika sedang ada keperluan saja, tidak mengherankan jika mereka berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan tidak saling kontak jika tidak ada keperluan. Beda dengan wanita yang senang menanyakan kabar atau bertukar cerita tentang kejadian sehari-hari. Ada wanita mengeluh bahwa pasangan tidak penuh perhatian seperti saat awal hubungan, komunikasi pun semakin jarang. Padahal, mungkin bukan karena tidak perhatian lagi, tapi pria sekarang merasa tidak perlu lapor lagi setiap kali tiba di kantor, makan siang apa dan di mana, nanti mau ke mana dan sama siapa. Toh nanti setibanya di rumah bisa cerita, jadi tidak harus live streaming terus. Bagi wanita, dilibatkan dalam setiap momen berarti dia memiliki arti khusus bagi pria itu.
Saya sering memperhatikan tingkah laku ketiga putera saya sejak kecil. Bagaimana pola interaksi dengan teman dan apa yang mereka obrolkan jika sedang bersama. Saya belajar banyak dari mereka karena apa yang mereka lakukan berbeda dengan yang saya lakukan ketika seusia mereka. Menarik melihat mereka tumbuh dan menyaksikan kepribadian mereka terbentuk.
Pria cenderung berkompetisi, untuk membuktikan siapa yang lebih baik, lebih hebat, lebih up-to-date dan tahu berita terakhir di dunia politik, bisnis, ekonomi dan sebagainya. Wanita lebih sering bertanya, dari hal sepele hingga yang rumit. Bagi wanita, banyak bertanya membuat percakapan terus bergulir. Sementara bagi pria, bertanya seolah-olah menunjukkan mereka inferior. Ada seorang teman pria saya yang mengatakan begini: “Aku jarang bertanya sama orang. Kalo ga ngerti, ya cari sendiri aja di Google.” Bertolak belakang dengan saya, yang merasa lebih praktis bertanya saja pada orang yang saya anggap lebih tahu. Jika jawaban terasa kurang memuaskan atau untuk memastikan bahwa jawaban itu valid (apalagi untuk bahan pendukung tulisan), saya akan cek ulang di internet untuk mendapatkan gambaran yang lengkap.
Wanita juga lebih sering mengajukan pertanyaan dalam suasana pribadi (one-to-one interaction), sementara pria banyak bertanya pada suasana formal atau di ruang publik.
Beberapa perbedaan lain antara pria dan wanita berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman teman.
1. Pria lebih suka konsultasi kepada peta daripada bertanya. Wanita lebih suka turun dari mobil dan menanyakan arah kepada penduduk lokal jika kehilangan arah.
2. Pria yang menyetir kurang suka wanita yang duduk di sebelahnya sok tahu dan mengaturnya harus lewat jalan mana untuk menghindari macet.
3. Pria tidak suka diganggu jika sudah duduk menonton acara balap MotoGP, Formula 1, Thomas Cup atau sepak bola di televisi.
4. Banyak pria mengaku gemar dan pandai memasak, tapi wanita lebih suka memasak sendiri betapapun enaknya masakan pria karena biasanya setelah pria memasak, dapur berubah menjadi kapal pecah.
5. Perbedaan pendapat tentang pentingnya mengabarkan jika telat pulang untuk makan. Pria merasa tidak penting, yang penting pulang makan, jam berapapun juga. Wanita ingin tahu jika pria akan pulang telat, dengan demikian dia bisa makan duluan.
6. ‘Yaaa begitu deh’ atau ‘Terserah kamu aja lah’ atau ‘No comment’ , itu jawaban yang menyebalkan dari pria. Wanita bertanya karena ingin mendapatkan alternatif jawaban yang lebih baik dari yang dia pikirkan.
7. Wanita tidak suka pria yang selalu bertanya di mana letak barang tertentu tanpa usaha mencarinya lebih dahulu. Sedangkan pria merasa untuk apa buang waktu mencari jika dengan bertanya, bisa langsung menemukannya.
8. Pria hanya mendengarkan dengan penuh konsentrasi jika hal yang disampaikan itu memang perlu untuk kepentingannya, jadi jangan kecewa jika pasangan anda sering bilang sori, aku lupa. Beberapa hal yang bagi dia tidak penting, sering tidak menempel dengan baik di kepalanya.
9. Pria kurang memperhatikan hal-hal detil. Berbeda dengan wanita, yang akan ingat warna rambut, model pakaian, sepatu bahkan warna kuteks yang dipakai seseorang ketika bertemu di suatu pesta.
10. Ketika menonton film, pria hanya fokus pada jalan ceritanya saja, tapi wanita juga memperhatikan pernak-pernik yang dipakai aktor atau isi dialognya.
11. Wanita lebih mudah menangis saat menonton film yang menguras emosi. 12. Pria fokus pada pencarian solusi masalah sementara wanita masih sibuk berkutat pada sebab musabab terjadinya hal yang tidak menyenangkan itu.
13. Jika sedang dilanda masalah, pria butuh waktu untuk menyendiri untuk menenangkan pikiran dan hatinya. Wanita merasa lebih lega jika sudah sharing masalah yang sedang dihadapi dengan orang dekatnya.
14. Tingkat kepekaan pria lebih rendah dari wanita. Wanita yang tidak berani terbuka untuk menyampaikan keinginannya, akan sering kecewa dan kesal karena menunggu pasangannya mengerti sendiri apa yang diinginkannya. Seperti cerita ini: “Masak dia ga ngerti sih kalo aku juga pengen diperiksa dokter. Begitu dia sudah kelar, langsung ajak pulang, bukannya nawarin aku sekalian untuk ikut check up.” Ini cerita suami isteri yang sedang periksa kesehatan di negara tetangga. Isteri enggan memberitahu suaminya jika dia juga ingin sekalian periksa kesehatan. Jadi menanti sang suami menawarkan. Saya geleng-geleng kepala mendengar teman mengeluh soal ini. Mengapa tidak katakan terus terang sejak sebelum berangkat, jadi bisa diatur waktunya untuk sama-sama check up ke dokter. Mungkin saja suaminya menganggap kondisi pasangannya OK karena isterinya sama sekali tidak mengajukan 'proposal' untuk ikut periksa kesehatan.
15. Walau pria jarang minta maaf, tapi kita bisa tahu dari bahasa tubuhnya yang menyiratkan pernyataan maaf, misalnya ketika dia tidak lagi adu argumen, melakukan apa yang disarankan oleh pasangannya, atau sekedar menggenggam erat tangan atau memeluk.
16. Untuk mengatasi kegalauan hati ataupun kekecewaan, pria cenderung menyibukkan diri, tenggelam dalam pekerjaannya atau olah raga. Berbeda dengan wanita, kondisi seperti itu justru memicu terjadinya depresi karena wanita lebih emosional dan menjadikannya sulit berkonsentrasi pada urusan profesional.
Terlalu banyak perbedaan pria dan wanita untuk dituliskan semuanya. Pria dan wanita memang berbeda, bukan hanya dari segi fisik saja, tapi keseluruhan 'paket' sebagai individu. Untuk mengurangi friksi dalam interaksi, ada baiknya kita kenali karakter-karakter dasar pasangan kita dan menyesuaikan diri dengan mencari win-win solution agar perasaan negatif tidak menumpuk.
Catatan: Tulisan ini pertama muncul di blog lama Patahtumbuh tanggal 20 April 2014.
Tambah komentar baru