SPERMA YANG MENENTUKAN

Penentu jenis kelamin anak adalah kromosom dalam sperma suami yang berhasil  membuahi sel telur istri. Kalau kromosom seks dari sperma yang membuahi sel telur istri adalah X, maka anak yang lahir adalah perempuan. Jika kromosomnya adalah Y, anak yang lahir adalah lelaki. 

Cairan yang keluar sewaktu ejakulasi disebut semen. Sperma hanyalah 2 - 5 % dari cairan semen. Sperma bisa hidup hingga tujuh hari dalam leher rahim seorang wanita.

Umur sperma dipengaruhi oleh beberapa hal:

  1. Temperatur dan kelembaban
    Testis berada di "luar" tubuh karena sperma butuh temperatur beberapa derajat dibawah suhu tubuh. Bila ingin sperma anda panjang umur, hindari sauna, berendam air panas, dan celana yang terlalu ketat. Demam juga merusak sperma bahkan hingga beberapa minggu setelah sembuh. Suhu tubuh wanita naik sedikit dua hari setelah ovulasi. Karena itu, bila ingin hamil, sebaiknya hubungan dilakukan sebelum ovulasi terjadi.
    Semen menyediakan kelembaban dan nutrisi untuk sperma. Di luar tubuh manusia, saat semen mengering, sperma di dalamnya akan mati.
  2. Gaya hidup
    Asap rokok, polusi udara, penyakit kelamin membuat kualitas sperma menurun. Demikian juga pemakaian berlebihan obat terlarang, alkohol, steroid, dan obesitas memberi dampak negatif pada jangka hidup sperma.
  3. Saluran reproduksi wanita
    Sperma tidak tahan hidup dalam lingkungan yang asam. Biasanya suasana dalam vagina adalah asam dengan tingkat keasaman berbeda pada setiap wanita. Saat wanita ovulasi, pH vagina naik menjadi lebih basa sehingga sperma tahan lebih lama dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan.

Karena berbagai alasan, ada kalanya pasangan menginginkan anak dengan jenis kelamin tertentu.

Metode yang paling akurat sekarang adalah teknologi pemisahan sperma berkromosom X dan yang berkromosom Y. Pemisahan dilakukan dengan sinar laser, cat dan mesin cytometer. Sperma yang terpilih kemudian ditanamkan ke rahim wanita lewat metode bayi tabung.

Selain itu ada metode bayi tabung, di mana sel telur dan sperma disatukan di luar tubuh, kemudian dari embryo yang terjadi diambil beberapa selnya untuk diperiksa apakah ada kelainan bawaan dan jenis kelamin embryo tersebut. Embryo yang sehat dengan jenis kelamin yang diinginkan kemudian ditanam ke dalam rahim si ibu.

Masalah dengan metode-metode ini adalah biayanya yang sangat mahal dan juga ketidak-nyamanan si ibu mulai dari persiapan hingga selesainya proses bayi tabung.

Berbagai metode lain yang dikatakan cukup akurat hanyalah teori. Salah satunya adalah metode Shettles yang ditemukan oleh Landrum B. Shettles, MD, PhD, dan diterangkan dalam bukunya, “How to Choose the Sex of Your Baby”.

Menurutnya, sperma Y lebih kecil, gesit dan umurnya lebih pendek. Bila ingin anak laki-laki, sebaiknya berhubungan seks dekat masa ovulasi (saat sel telur yang telah matang dilepas), agar sperma Y yang gesit lebih cepat mencapai sel telur daripada sperma X yang lebih lamban. Sebaliknya, kemungkinan mendapat anak perempuan lebih besar bila hubungan seks dilakukan 3 - 5 hari sebelum ovulasi, karena pada waktu ovulasi, kemungkinan semua sperma yang berkromosom Y sudah wafat.

Masih menurut Dr. Shettles, sperma X lebih mampu bertahan dalam lingkungan asam. Bagian luar dari vagina lebih asam sifatnya karena itu hubungan seks dengan penetrasi lebih dalam seperti pada hubungan dari belakang (dog-style) memberi kemungkinan lebih besar mendapat bayi lelaki. Sedang penetrasi lebih dangkal seperti pada posisi misionaris (suami di atas, istri di bawah), memberi kesempatan kepada sperma berkromosom X yang umurnya lebih panjang untuk mencapai sel telur.

Pada saat wanita orgasme, tubuhnya mengeluarkan sejenis zat yang membuat cairan bersifat lebih basa, karena itu kemungkinan mendapat bayi laki-laki lebih besar (karena sperma berkromosom Y lebih ligat). Selain itu, jumlah sperma yang banyak juga penting untuk mendapat kesempatan lebih besar bagi anak laki-laki, karena itu jangan berhubungan seks hingga 1-2 hari sebelum ovulasi. Jika ingin anak perempuan, berhubunganlah setiap hari selama beberapa hari dan berhenti 3 hari sebelum ovulasi.

Dr. Shettles juga menganjurkan untuk tidak memakai celana yang terlalu ketat yang membuat sperma berkromosom Y yang pada dasarnya memang lebih lemah jadi semakin lemah.

Tentu saja banyak dokter yang tidak setuju dengan metode Shettles ini dan mengatakan bahwa metode tersebut tidak didasarkan kepada penelitian ilmiah walaupun banyak yang mengaku berhasil dengan metode ini.

Bila anda tidak mampu menggunakan teknologi kedokteran tinggi karena masalah biaya, tidak ada salahnya mencoba metode Shettles (karena jika dilakukan dengan benar, tidak ada resiko bagi kesehatan) tetapi jangan terlalu berharap dan akhirnya menjadi kecewa. Selain itu harus diingat, jangan terlalu “maksa” sehingga beban pikiran mengacaukan hubungan yang harmonis dan menghasilkan stres yang baru ataupun ketegangan hubungan suami istri.

Sehat

SaveSaveSaveSave

Komentar

Tambah komentar baru

Teks polos

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.

Awal Maret 2024, untuk merayakan 30 tahun pernikahan kami, saya dan suami memutuskan untuk...

Rose Chen

Baca juga tulisan sebelumnya:...

Rose Chen

Hari pertama di Chiang Mai dimulai dengan shopping di Maya Lifestyle Shopping Center...

Rose Chen

Pulau Keelung (Keelung Islet) adalah pulau kecil yang terletak lima kilometer dari...

Rose Chen

Di Taiwan sayur paku sarang burung adalah kegemaran orang lokal. Biasanya mereka tumis dengan...

Rose Chen