meme oleh tupai
Felisia: Ha ha, ada-ada saja Tupai. Negara kita ini serba kekurangan, mungkin yang berlebihan hanya pendapat dan caci maki.
Lilian: Terlalu banyak yang palsu, ya. Rose bilang berlian yang dia pakai juga palsu.
Rose: Memang! Pakai yang asli pun nggak ada yang percaya itu asli. Kalau dirampok, bikin sakit hati.
Tupai: Selain jaksa dan hakim, kita juga kekurangan satu hal lagi.
Felisia: Kurang beradab ...
Rose: Mengapa kurang beradab?
Felisia: Ada yang merasa rumahnya harus kinclong seperti hotel dan kalau golek-golek bukan di kamar tidur. Itu artinya kurang beradab.
Lilian: Ha! Yang ngomong begitu yang terlalu …
Rose: Terlalu apa?
Lilian: Tak ada kata yang tepat, Rose… pokoknya terlalu…
Felisia: Kita kekurangan apa lagi, Pai?
Tupai: Kurang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Rose: Kan ada Kementerian Pariwisata dan ada Badan Ekonomi Kreatif.
Tupai: Tapi bukan dipisah begitu. Keduanya berkaitan erat.
Lilian: Mengapa?
Tupai: Indonesia kan memiliki alam yang sangat indah dan kaya akan ragam budaya. Rose tinggal dan sering jalan di luar negeri. Menurut Rose bagaimana keindahan alam dan kekayaan budaya Indonesia dibanding negara lain, terutama yang banyak dikunjungi turis seperti Beijing. Apakah *Tiananmen jauh lebih layak kunjung dibanding Indonesia?
Rose: Yang dijual Tiananmen itu bukan keindahan alam, tapi nilai sejarah.
Lilian: Yang indah itu alam *Norwegia. Agustus lalu Monique baru pulang dari sana. Foto yang diambil anaknya sungguh indah.
Felisia: Kembali ke persoalan awal, mengapa Tupai merasa Kementerian Pariwisata berkaitan sangat erat dengan ekonomi kreatif?
Tupai: Ada dua hal. Pertama, pemerintah kita mengharapkan sumbangan devisa tahun 2019 dari sektor pariwisata sebesar 20 miliar dollar AS. Itu artinya dua kali lipat perolehan tahun 2014. Mengapa baru sekarang mau mendongkrak industri pariwisata, mengapa tidak dari dulu? Kedua, sekarang era ekonomi kreatif, sudah selangkah lebih maju dari ekonomi informasi. Bukan era ekonomi industri, apalagi ekonomi pertanian. Bukan berarti kedua bidang itu tidak penting, tetapi dengan ekonomi kreatif…
Rose: Tunggu dulu, Pai… Apa sebetulnya ekonomi kreatif itu?
Lilian: Ekonomi kreatif itu suatu konsep ekonomi yang mengutamakan penggunaan informasi dan kreativitas sebagai modal utama produksi, Rose.
Tupai: Betul. Orang yang informed- berpengetahuan, memiliki informasi yang memadai, dan kreatif dapat membuat sesuatu yang katakanlah nilai nominanya hanya 100 ribu rupiah menjadi bernilai satu juta rupiah.
Rose: Aah, ngerti … seperti seniman R.W. Mulyadi dari *Rumah Cetak Balekambang. Dengan pengetahuannya akan seni grafis dan kreativitasnya dia membuat tas yang harganya berkali lipat dari nilai nominanya.
Tupai: Begitulah. Sekarang pikirkan, Bekraf --Badan ekonomi kreatif-- memiliki enam deputi dan mencakup 16 subsektor. Betul ada deputi hubungan antarwilayah dan lembaga, tetapi coba pikir, kementerian apa yang memiliki hubungan paling erat dengan Bekraf ini? Saya bisa memastikan Kementerian Pariwisata. Jika ingin mencapai target devisa tahun 2019 itu, ia harus memperhatikan semua subsektor Bekraf itu: Aplikasi dan Pengembang Permainan, Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Fashion; Film, Animasi, dan Video; Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Penerbitan, Periklanan, Seni Pertunjukan, Seni Rupa, dan Televisi dan Radio.
Felisia: Saya bisa mengerti kuliner bagian dari wisata. Tapi apa hubungan pariwisata dengan desain interior?
Rose: Kamu tak ingat waktu kita mengunjungi *Restoran Lara Djonggrang di daerah Menteng, Jakarta, Liz? Dengan kreatif, pemilik restoran itu menyajikan kuliner dalam ruangan dengan desain interior bernuansa sejarah dan budaya. Unik, artistik, dan makanannya berkualitas. Pelayan berpakaian tradisional yang terampil, dibekali dengan pengetahuan sejarah dan budaya. Itu adalah daya tarik bagi turis lokal maupun asing. Saya tahu informasi dan review tentang restoran itu ada dalam situs-situs travel internasional loh.
Felisia: Wow! Itulah yang disebut ekonomi kreatif ya.
Tupai: Betul! Bayangkan jika Restoran Lara Djonggrang juga memiliki situs yang menyediakan permainan elektronik gratis untuk anak-anak, misalnya memadukan berbagai bumbu untuk menghasilkan satu masakan tertentu yang ada dalam menunya. Bayangkan pula jika pada jam-jam tertentu ada pertunjukan gamelan untuk tamu. Sudah ngertikan, mengapa Ekonomi Kreatif seharusnya di bawah Kementerian Pariwisata?
Lilian: Tidak haruslah, Pai… Kementerian Pariwisata bisa bekerjasama dengan Bekraf juga, toh.
Tambah komentar baru