Preposisi atau kata yang biasanya dicantumkan atau disebut sebelum nomina (kata benda) lahir dalam kebudayaan yang namanya bahasa. Kehadirannya diterima atas konsensus publik (pemakai bahasa). Artinya, keberadaannya diakui dan kehadiran preposisi penting. Ia turut menentukan logika bahasa. Manakala preposisi diabaikan, atau tidak dipakai pada saat ia harus dipakai, maka dunia akan penuh oleh keajaiban.
Keajaiban Pertama
Selasa, 23 Juni 2015 - 23:00 wib
Kesal Ditagih Utang, Pedagang Ditusuk Pisau Dapur (okezone.com)
Ada makhluk, manusia. Dia pedagang dan berutang. Dia kesal karena ditagih. Tahu-tahunya ada pisau dapur yang menusuk si pedagang itu. Kenapa si pisau dapur kalap? Entahlah. Dengan apa si pisau dapur menusuk si pedagang itu? Jangan ditanya, tak ada dalam berita yang judulnya dikutip ini. Nikmati saja kisahnya sebagai keajaiban dunia...
Keajaiban Kedua
Bertengkar dengan Adik, Kepala Gitaris Slipknot Ditusuk Pisau (kompas.com)
Gitaris Slipknot bertengkar dengan adiknya. Rupanya ada pisau ajaib yang ikut campur dalam pertengkaran itu, dan menusuk kepala si gitaris Slipknot ...
Keajaiban Ketiga
Artis Sinetron Disiram Air Keras di Slipi (metrotvnews)
17 Juni 2015 08:02 wib
Melihat pisau bisa membuat keajaiban, air keras pun tak mau ketinggalan. Si air keras itu menyiram artis sinetron, bukan dalam sinetron yang ditayangkan televisi, melainkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Peristiwa itu terjadi di Slipi, Jakarta Barat.
Keajaiban Keempat
Dipicu Perebutan Lapak Bongkar Muat, Gultom Disiram Bensin dan Dibakar (detik.com)
Gultom bernasib buruk. Dia berebut lapak bongkar muat dengan orang lain. Tiba-tiba saja ada bensin yang datang menyiram dia, dan Gultom dibakar.
Keajaiban Kelima
Ogah diajak rujuk, istri dibacok golok suami (merdeka.com)
Rupaya ada suami isteri yang sudah bercerai. Si suami ingin rujuk, tetapi si isteri enggan. Maka golok si suami bertindak. Dia bacok isteri pemiliknya itu ...
Keajaiban Keenam
Pegawai Honorer Ditikam Badik (pekanbarumx.co)
Senin, 11 Mei2015 - 07:38:33 WIB
Juga ada pegawai honorer yang entah punya persoalan apa dengan badik, membuat si badik ajaib itu menikam pegawai honorer tersebut.
Keajaiban Ketujuh
Tak Ingin Dicerai, Bayi Usia 10 Bulan Disundut Rokok Ayah Kandung (wartakota)
Minggu, 12 Juli 2015 15:28
Ini adalah kejadian yang ajaib seajaib-ajaibnya ... Ada bayi berusia 10 bulan yang tak mau diceraikan (entah oleh suaminya, entah oleh isterinya). Yang jelas, rokok ayah kandung orok ini datang menyundut si orok yang belum bisa membela diri itu ...
*
Nah … Itulah tujuh kejadian aneh. Semuanya bagaikan fiksi. Tetapi sebetulnya semua itu berasal dari kisah nyata yang dilaporkan media massa. Kalau kemudian keajaiban yang terbaca, semata-mata itu adalah akibat kesembronoan membuang kata "dengan" sebagai preposisi.
Keajaiban dan bahkan kesalahan fakta juga dapat terjadi ketika wartawan menulis kalimat inversi. Jika kurang teliti memahami nalar kalimat inversi, bisa terjadi "manipulasi" fakta. "Manipulasi" fakta terjadi pada kasus pedagang yang ditusuk dengan pisau. Orang yang kesal dan berutang bukan si pedagang, melainkan orang lain yang menusuk si pedagang itu dengan pisau. Juga "manipulasi" fakta yang terjadi dalam berita bayi 10 bulan yang kena sundutan rokok. Tentulah bukan si orok yang ogah dicerai.
Agar lengkap sebagai keajaiban dari delapan penjuru angin, dimasukkan satu keajaiban lagi, yang bukan terjadi karena dibuangnya preposisi. Ini adalah keajaiban yang terjadi karena si wartawan "tertipu" oleh gagasan kalimat inversi yang dia tulis.
Keajaiban Kedelapan
Selama Mudik Lebaran, KAI Raup Rp 423,8 Miliar (kompas.com)
Senin, 27 Juli 2015 | 21:16 WIB
Kalimat (judul berita) itu mengatakan bahwa KAI (PT Kereta Api Indonesia) memperoleh uang Rp 423,8 miliar selama mudik Lebaran. Ke manakah KAI mudik? Dengan siapa saja dia bersilaturahim? Tidak jelas. Kampung halaman KAI maupun sanak saudaranya tidak ada dalam cerita.
*
Kepada wartawan jurnalisme berpitawat, sampaikan pesan dengan cepat dan jelas, karena ruang dan waktu --yang dipakai untuk berkomunikasi-- terbatas. Ruang yang ada di halaman media cetak terbatas. Rentang waktu atau durasi --siaran radio dan televisi-- juga terbatas. Audience --yang membaca, menonton, atau mendengar-- juga tidak punya waktu yang tak terhingga. Karena itulah dua prinsip pokok --jelas dan hemat-- pemakaian bahasa untuk jurnalistik menjadi ketentuan yang tak boleh diabaikan. Pesan yang diterima audience harus sesuai dengan yang dimaksudkan penyampai pesan (wartawan/media). Uraiannya dengan bahasa yang hemat. Ceritakan fakta sebanyak mungkin, dengan kata sesedikit-sedikitnya.
Prinsip hemat dalam berbahasa inilah yang sering “menjerumuskan wartawan ke dalam rawa-rawa kekeliruan" jika penghematan bahasa dilakukan membabi-buta. Dalam menghemat kata, nalar bahasa tetap harus dijaga. Makna kata dan kalimat tidak boleh berubah sesudah penghematan dilakukan. Bahasa harus tetap logis. Kejelasan pesan dan fakta berita tidak boleh rusak akibat menulis kalimat inversi.
Wartawan yang baik akan selalu mengutamakan kejelasan dibandingkan dengan penghematan bahasa. Jika penghematan bahasa dilakukan tanpa pertimbangan, termasuk menjadikan bahasa percakapan yang tidak logis --kebiasaan seperti itu ada dalam bahasa daerah tertentu-- sebagai bahasa tulis, maka “keamanan, kejelasan, dan ketertiban berbahasa” dapat terganggu. Sesungguhnya, para pembuat gangguan “keamanan, kejelasan, dan ketertiban berbahasa” itu tergolong pada kaum yang disebut sebagai “teroris” bahasa.
Diwajibkan atas engkau untuk mempergunakan dan merawat bahasa sebaik mungkin, sebagaimana diwajibkan terhadap orang-orang sebelum engkau.
Tulisan ini sebelumnya muncul sebagai note di akun facebook penulis
Tambah komentar baru